Minggu, 24 Oktober 2010

Lalu, mengapa manusia mengikuti hawa nafsu?

Sesungguhnya seseorang  ketika berjalan, tidak akan mungkin mengikuti anak kecil yang tidak tahu apa-apa.
Atau mungkin?
Kita memasuki tempat asing dan kemudian menetapkan diri untuk mengikuti  anak kecil (3 tahun) kemana pun ia pergi?
Mungkin kah?
Tidak mungkin, karena berdasarkan pikiran sehat kita, mengikuti anak kecil tersebut tidak akan membuat kita sampai pada tempat tujuan.
Atau mengikuti orang gila, akankah kita mengikuti dia?
Tentunya juga tidak mungkin.
Tetapi, segila-gilanya seseorang ia tetap manusia yang bahkan diberi kehormatan oleh Allah untuk terlepas dari seluruh kewajiban

Begitulah juga hidup,
Kita tidak mungkin mengikuti hawa nafsu dalam perjalanannya.
Sama halnya kita justru pasti akan menjauh dari orang gila saat di jalan karena khawatir orang tersebut akan mengganggu/menjahati kita.
Tapi dalam kenyatanya, bukankah hal ini seringkali terjadi? Kita mengikuti hawa nafsu secara sadar?
Lalu bagaimana bisa? Sedangkan nafsu itu lebih jahat dari "orang gila" manapun?

Yusuf a,s adalah sosok yang hampir terjerumus dalam godaan hawa nafsu.
Zulaikha mempunyai kecenderungan kepada Yusuf, dan begitu pula sebaliknya.
Zaulaikha menggoda, dan Yusuf, jika tidak ada petunjuk dari Allah ia pasti akan terjerumus pada kenistaan. Yusuf mendapat burhan (petunjuk) hingga ia terlepas dari kejahatan nafsu.

Banyak manusia yang sudah tahu salah (lantaran nafsunya), tetapi tetap dilakukan juga.
Ibarat mau ke Karawang dari jogja, justru ia mengikuti orang lain yang sedang menuju Madiun.
Kita tahu, bahwa track perjalanan kita adalah menuju surga (saja), tetapi sayangnnya banyak dari kita justru melangkah ke arah sebaliknya dengan mengikuti hawa nafsu yang nyata-nyata mengajak ke neraka.
Padahal kita tahu pula, bahwa syaitan kelak akan berlepas diri dari apa yang kita lakukan..

Lalu mengapa manusia tetap mengikuti hawa nafsu?
  1. Tidak dibiasakan dari kecil untuk mendisipilinkan nafsu. Dari kecil segala keinginan selalu dituruti oleh orang tua. Orang semenjak kecilnya selalu dimanja seperti ketika dewasa akan sulit untuk mengendalikan hawa nafsunya. Bagai pohon pepaya yang  bengkok batangnya karena waktu kecil tidak segera diluruskan. Pohon yang seperti ini tidak enak dipandang dan terkadang mengganggu pemandangan dan jalanan. Maka solusinya: harus disiplinkan dari kecil untuk tidak diperturutkan hawanafsunya. Di samping itu kita pun harus pandai-pandai memprediksi setiap amalan yang dilakukan, apakah akan mengakibatkan kebaikan atau keburukan nantinya.
  1. Mujaalasatu (nongkrong-nongkrong) dengan  orang yang senang mengikuti hawa nafsu
  2. Cinta dengan kesenangan dunia.
  3. Dlo'ful ma'rifati billaahi waddaaril aakhiroti (Lemah dalam mengenal Allah dan negeri akhirat). Ibarat lampu yang menyala lemah, ia tidak cukup buat membaca dan cahayanya tidak berpengaruh apa-apa.Orang yang benar-benar mengenal Allah ia akan menyadari Kemahamelihatan Allah sehingga takut untuk melakukan maksiat (memperturuti hawa nafsu). Layaknya orangtua yang kedatangan tamu yang dikenal sangat terhormat. Ketika anaknya rewel, orangtua tentu akan menasihati anak dengan cara sangat yang halus . Tidak akan memarahi anak apalagi membentak atau menjewer si anak. Orang tua berbuat demikian karena tahu benar bahwa tamu yang datang adalah tamu terhormat. Demikian pula ketika kita mengenal Allah dengan sungguh-sungguh maka ia akan malu untuk berbuat yang Allah benci, ia akan malu untuk memperturutkan hawa nafsu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar