Rabu, 21 Juli 2010

Ramadhan: road to your inner journey

Bismillahirrahmanirrahim…

Melanjutkan perjalanan kita.
Banyak yang harus kita capai dalam hidup kita,
salah satu capaian penting dalam perjalanan hidup adalah mengenal diri.
Mari kita cek apakah kita sudah benar-benar  mengenal diri?
Atau jangan-jangan kita masih mencari
Atau jangan-jangan selama ini kita salah dalam mengenal diri...

Apa yang ada dalam diri  lebih bernilai daripada apa yang ada di luar diri.
Sayangnya tak sadar kita lebih memilih pada hal-hal di luar diri dari pada apa yang ada di dalam diri.
Misalkan saja, kita kecopetan sejumlah 500ribu. Bagaimana kah rasanya? Apakah ikhlas ada dalam diri? Atau caci maki tak terperi keluar dari lisan kita yang mulia? Faktanya lebih banyak manusia memilih untuk tidak ikhlas. Wong kepanasan dikit aja ngeluhnya gak ketulungan gimana ilang 500rebu?--red. Padahal uang 500ribu itu letaknya di luar diri dan ikhlas letaknya di dalam diri. Maka sudah benar-benarkah kita lebih mengutamakan apa yg ada dalam diri? Benarkah kita menganggap apa yang ada di hati lebih bernilai daripada apa yg ada di luar?

Mari bayangkan lagi hal sebaliknya,
Ada buku keluaran terbaru dari penulis terkenal favoritmu, terbitnya sekitar 1 bulan lagi. Tapi kamu bisa memesan dan membayarnya terlebih dahulu sehingga setelah buku itu dilaunching bisa segera kamu dapatkan.
Rela orang mengantri termasuk dirimu untuk memesan dan membayarnya terlebih dahulu. Antriannya ga main-main. Sampai berdiri di tangga eskalator lantai 1 padahal toko bukunya di lantai 3. Dan ketika dirimu sudah berada di meja pemesanan, dengan sangat menyesal sang penjaga toko mengatakan bahwa toko akan segera ditutup dan kamu dan pengantri yang lain diminta untuk datang lagi esok pagi.
Bagaimana perasaanmu? Tentunya (walopun sedikit nyesek) kamu akan tetap datang besok pagi demi memesan buku tersebut. Rela -serela-relanya.. Dengan suka cita dan senang hati. Mengapa? Karena kita membayangkan buku itu akan kita dapatkan segera.

Nah kita bisa memposisikan hati kita layaknya peristiwa di atas ketika uang kita tercuri.
Ketika uangmu dicuri anggaplah  dirimu sedang membayar suatu barang terlebih dahulu sebelum mendapatkannya. Barangnya adalah ikhlas. Uang yang hilang itu harga yang kita bayar untuk "membeli" ikhlas.

Logika-logika itu  tidak serta merta dapat berlaku di kehidupan nyata kita.
Siapa yang menghambat? Diri kita sendiri.
Logika-logika itu kadang-kadang dibantah oleh diri kita sendiri.
Ikhlas ada harganya kah?  Mana yang lebih berharga uang yang hilang atau ikhlas?
Tentu ikhlas yang memiliki nilai. Tapi sayang "hitung-hitungan" materi menjadikan kita seolah menjadikan uang yang hilang tersebut berada di posisi lebih tinggi daripada ikhlas itu sendiri.

Lalu, dimanakah kunci kita mengenal diri?
Kenapa sudah sekian lama menjalani hidup tetapi belum juga mengenal diri?
Padahal kita sudah memiliki ilmu yang diperoleh dari berbagai macam majelis ilmu. Training A, B,C.. Pengajian pak X, Y, Z.. Kuliah M, N, O... Buku H, I, J....
Kawan, segala ilmu yang telah dan akan kita arungi tidak akan cukup untuk membuat kita mengenal diri. Mengapa? Karena harus ada elemen yang lain.. Karena objek dari mempelajari diri bukanlah benda mati yang bisa kita teliti secara empiris-objektif-rasional.
 Apakah elemen tersebut?
...HIKMAH...
Ilmu harus disertai dengan hikmah. Ilmu dan hikmah harus saling bertemu.
Lalu apa perbedaan ilmu dan hikmah?
Perwujudan ilmu adalah pengetahuan yang membuat kita mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah. Membedakan apa saja. Dengan akal kita tentunya. (bahasa psikologisnya: hanya tataran kognitif, ---red)
Sama seperti ilmu, hikmah adalah perihal membedakan. Tapi yang bekerja adalah perasaan.  Kalau itu baik maka perasaan kita tenang, tetapi kalau buruk perasaan kita tidak tenang.

Misalkan saja seperti ini, ada objek (stimulus) berupa suara.  Kita semua tahu bahwa suara Al-Qur'an adalah suara yang baik. Ketika mendengarkannya dengan khusyuk maka rahmat Allah kan datang menyambut. Bagaimana kita tahu? Karena kita punya ILMU.
Kemudian ada suara yang lain, yakni nyanyian sia-sia yang melalaikan dan melenakan (misal lagu patah hati diputus sang kekasih atau lagu ajeb-ajeb--red). Kita mengetahui bahwa lagu tersebut bukanlah suara yang baik. Ketika mendengarkan kita hanya membunuh waktu tanpa ada pahala. Tapi, mari kita lihat kenyataannya. Mana yang lebih nikmat? Jika kita menggunakan hikmah, maka kita akan lebih senang mendengarkan senandung tilawah Al-Qur'an dan kita akan menolak lagu-lagu yang membuat kita lalai dan terlena.

Contoh lain, kita tahu sepenuhnya bahwa menceritakan kebaikan orang lain adalah kebaikan dan ghibah adalah keburukan. Kita tahu mana yang disukai Allah dan mana yang tidak. Darimana kita tahu? Dari ILMU. Lalu, bagaimana dengan hikmah? Sudahkah hikmah hadir dalam diri? Mari dicek, apakah kita tertarik ketika mendengarkan cerita keburukan orang lain? Apakah kita ikut panas dan menambah-nambahi.. "ooh pantesan dia nyebelin ternyata...blablabla.. Ya ampun kasian banget.. Smoga dapet hidayah ya tu orang.. Tapi aku kok ga nyangka ya, dia kan keliatannya baik... $%##%$%##..." Orang yang ada hikmah dalam dirinya ia tidak akan tertarik untuk mendengar. Atau mengaku-ngaku "ingin mencari solusi" padahal itu hanya tameng, aslinya memang senang karena tahu kelemahan orang lain. Orang yang punya hikmah dalam diri akan merasa "mual" dan segera pergi ketika ghibah membahana. Menjaga diri dari kubangan bangkai.

Hikmah seperti inilah yang kita butuhkan untuk mengenal diri.
Kita tidak dapat berdiri sendiri dengan ilmu yang kita dapatkan dari universitas alam raya.
 Kita butuh mempertemukan ilmu dengan HIKMAH.
Caranya?
MENGENDALIKAN DIRI. Hikmah akan menyapa siapapun yang memiliki kebiasaan mengendalikan diri.  
Bagaimana agar kita terbiasa mengendalikan diri?
Latihannya ada di MADRASAH RAMADHAN. Pintunya sudah terbuka lebar menyambut orang-orang mukmin... Program utama madrasah Ramadhan adalah PUASA dengan gelar TAQWA bagi siapa saja yg lulus. Dan ukuran taqwa seseorang dapat digambarkan melalui sejauh mana ia dapat mengendalikan dirinya.

Maka sejatinya
orang yang mengenal diri adalah mereka yang dapat merangkai ilmu dan hikmah..
Dan hikmah tak dapat diraih oleh orang yang dikendalikan oleh nafsunya..
Hikmah hanya dimiliki orang yang mau menyerahkan dirinya
dalam kendali dan binaan Allah SWT

Dan berbahagialah,
Karena Allah telah sediakan Ramadhan,
sebagai madrasah pengendalian diri....
Sebagai jalan tuk semakin mengenal diri....



tulisan ini adalah catatan kajian jelajah hati ustadz Syatori AR, di Darush Shalihat 17 Juli 2010 dengan beberapa penambahan dan sedikit perubahan oleh penulis. Semoga tidak mengurangi esensi yang disampaikan ustadz dan bermanfaat bagi semua^^

Sabtu, 03 Juli 2010

Puasa mengajarkan kita agar hidup berada dalam kendali-Nya

Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikan kami pada Ramadhan...

Salah satu persiapan Ramadhan adalah mengendalikan diri..
Agar puasa kita tidak hanya sekedar basa-basi
Karena tidak sedikit orang yang puasa hanya sekedar basa-basi
Puasa menahan lapar tetapi tidak menahan diri dari perbuatan sia-sia
Tidak menahan diri dari perbuatan dosa

Jika dikatakan pada bulan Ramadhan semua syaitan di belenggu
Dan banyak manusia tetap berbuat maksiat, jangan-jangan sifat2 setan sudah menginternal dalam dirinya..
Hingga sampai2 setan tidak adapun, maksiat tetap menjadi kelakuan manusia..

Nilai diri seseorang bisa dilihat dari bagaimana ia mengendalikan dirinya..

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
 الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Kamis, 01 Juli 2010

Basmallah adalah nafas kehidupan

Basmallah adalah nafas kehidupan..
Yakni bagaimana memasukkan bismillah dalam rongga2 kehidupan kita..
Menarik segala keagungan Allah dengan segenap jiwa
Menyimpan dan menenuhi relung hati kta dengan keagungan-Nya  ..
Hingga mengalir sebagaimana aliran darah...
Maka bernapas bukanlah sekedar memasukkan oksigen,
Tetapi memasukkan makna kehidupan di tiap helai nafas..

Seandainya nama Allah disebut, hati2 yang lembut kan bergetar
Hati yang benar2 merasakan keagunganNya
Relung hatinya begitu terasuki kemahasucian Kuasa-Nya
Hingga hati pun tak kuasa tuk sekedar diam
Tapi ia bergetar penuh ta'dhim,,,

Jika bismillah adalah menarik keagungan-Nya dalam hati,
Maka Arrohman dan Arrohim adalah hasilnya..
Adalah lepasannya..
Berasal dari kata rahmat, yakni kasih sayang
Mereka yang mengawali sesuatu dengan tarikan bismillah
Maka akan menghasilkan amalan yang penuh kasih sayang..

Pemilik kasih sayang adalah Allah
Namun kita menemukan kasih sayang Allah melalui makhluk2Nya juga
Melalui bunda dan ayahanda..
Kasih sayang Allah yang Allah wujudkan dengan kebaikan dan kesucian kasih sayang,,
Kasih sayang Allah dititipkan di segenap jagat raya
Bagaimana makhluk saling mengasihi dan menyayangi
Yang bentuknya beraneka ragam..
Bahkan hinaan pun adalah bentuk kasih sayang
Darimanakah?
Karena ia membukakan pintu kebaikan kesabaran bagi kita
Membukakan pintu keikhlasan dan keridhoan..
Maka hidup adalah kasih-sayangnya, di tiap detail momennya..

Hukum Islam: Beginilah logika langit membuat kita mengerti...

Allah Al Mudabbir, Dialah Sang Maha Pengatur
Tampak dari segenap semesta: semuanya mengikuti Sunnatullah
Matahai, bulan, bumi, tumbuh-tumbuhan, dan hewan semuanya memiliki aturan... Karakteristik mereka: PATUH..
Namun berbeda dengan manusia, ia juga dikenai aturan namun manusia selalu punya potensi: membangkang atau mematuhi..
Manusia mempunyai sikap terhadap aturan2 yang ada.. Ada yang taat sebenar2 taat, ada yang setengah-setengah, dan ada yang memberontak..