Sabtu, 03 Juli 2010

Puasa mengajarkan kita agar hidup berada dalam kendali-Nya

Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikan kami pada Ramadhan...

Salah satu persiapan Ramadhan adalah mengendalikan diri..
Agar puasa kita tidak hanya sekedar basa-basi
Karena tidak sedikit orang yang puasa hanya sekedar basa-basi
Puasa menahan lapar tetapi tidak menahan diri dari perbuatan sia-sia
Tidak menahan diri dari perbuatan dosa

Jika dikatakan pada bulan Ramadhan semua syaitan di belenggu
Dan banyak manusia tetap berbuat maksiat, jangan-jangan sifat2 setan sudah menginternal dalam dirinya..
Hingga sampai2 setan tidak adapun, maksiat tetap menjadi kelakuan manusia..

Nilai diri seseorang bisa dilihat dari bagaimana ia mengendalikan dirinya..

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
 الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
لَعَلَّ --> kepastian, bukan lagi harapan..
Taqwa adalah tampilnya hati memimpin akal dan nafsu diri
Maka taqwa adalah jalan agar manusia hidup berdasarkan pimpinan hati.. Bukan akal atau nafsu..
Puasa mengajari kita mengajarkan kita untuk menjadikan hati sbg panglima hidup..

Taqwa itu adalah tangga yang tidak mudah untuk kita menitinya...
Ada lima rintangan yang menghalangi kita,
Dan tidak ada pilihan lain selain harus lolos dari rintangan2 ini jika taqwa adalah cita-cita kita..
Mari kita pahami logikanya dan langkah-langkahnya

  1. اختيار الشّدّة على التمتّع --> bersungguh2 dalam memilih kebaikan

Maksudnya?
Memilih yang berat daripada yang menyenangkan
Ex/ memilih sholat di masjid daripada di rumah
Memilih yang berat dengan kemampuan paling maksimal, bukan memberat-beratkan diri...
Sudahkah derajat taqwa kita raih dari poin ini? Bisa dilihat dari amalan kita.. Bagaimana amalan kita? Mana yang kita pilih?  Jangan2 kita merasa cukup dengan sholat yang ringkas dan cepat.. Jangan2 kita cukup dengan recehan sedekah kita.. Jangan2 kita merasa cukup dengan bacaan dan hafalan Quran kita..  Kemudian merasa taqwa.. Astagfirullah..
Kepuasan dalam mencari rizki pun bukan terletak dari banyaknya uang yang diraih tetapi sebanyak apa cucuran keringat yang keluar...

  1. اختيار الجهد على الرّاحة 
Memilih bersusah-susah daripada bersantai-santai
Melakukan sesuatu yang membutuhkan perjuangan daripada yang tanpa usaha
Membaca Al Quran lebih butuh perjuangan daripada baca komik
Sholat lebih butuh perjuangan daripada tidur
Mendengarkan tilawah lebih butuh perjuangan daripada mendengarkan musik
Maka raihlah taqwa dengan memilih amalan yang paling membuat kita berjuang melakukannya..


  1. اختيار السّكوت على الفضول
Orang-orang yang bertaqwa adalah orang yang lebih memilih diam daripada berkata yang sia-sia.. Kalau ingin berbicara maka ia bicara hanya yang manfaat. Ngomongin piala dunia pentingkah? Kalau tidak diomongkan apakah akan membuat dunia guncang dan gelap?

       4. Memilih "kehinaan" daripada kehormatan. Maksud kehinaan disini adalah kehinaan yang bermakna positif. Orang yang bertaqwa memilih untuk tidak mendapat kedudukan tinggi di mata manusia. Ingin terlihat biasa-biasa saja di hadapan manusia.


  1. اختيار الموت على الحياة
Merindukan mati daripada kehidupan.

Dengan berpuasa kita diajari untuk memilih:
  1. Yang berat..
  2. Bersusah-susah
  3. Diam, tidak banyak tingkah
  4. Kehinaan
  5. (Rindu) mati

Puasa mengajari kita untuk menolak
  1.  yang ringan
  2. Bersenang-senang
  3. Banyak tingkah
  4. Kehormatan
  5. (rindu) hidup

Puasa juga mengajari kita bahwa kita adalah "murad" bukan "murid" (dalam terminologi bahasa Arab). Murad berarti yang dikehendaki. Maka dengan berpuasa kita menjadi orang yang dikehendaki. Bahwa kita memang tidak punya kehendak, tetapi kita sudah dikehendaki.  Sedangkan murid berarti yang punya kehendak. Misal ketika kita dihadapkan makanan saat puasa, kita lebih memilih tidak makan. Karena kita sudah dikehendaki untuk tidak makan.

Mari kta bicara soal kehendak....
Kehendak adalah pengendali hidup kita
Persoalannya, kita hidup di bawah kehendak siapa?
Jika kita murad, maka kita hidup di bawah kehendak Allah
Jika kita murid, maka kita hidup di bawah kehendak kita sendiri...
Lalu mengapa harus dibawah kendali Allah?
Bukankah kita juga punya kehendak?

Sebuah analogi..
Mungkinkah ada motor yang bisa mengendalikan diri?
Motor jika dikendalikan bukan dengan ahlinya maka akan hancur sendiri akhirnya
Begitu juga dengan manusia, akan hancur sendiri jika dikendalikan  oleh Yang Memiliki...

Siapa pengendali hidup kita?
Biarkan Allah yang mengendalikan hidup kita
Karena manusia tak pernah lepas dari lalai dan khilaf
Karena Allah paling mengerti manusia beserta perangkat akal & hatinya

Ya, kita hanya mau meyerahkan pengendalian hidup kita kepada Allah..
Dan puasa mengajarkan kita untuk ikhlas menyerahkan hidup kita dikendalikan oleh-Nya
Kita rela untuk tidak minum betapapun hausnya, karena kita tahu Allah menghendaki kita untuk haus..

Maka pertanyaannya,
Sudahkah kita benar2 menjadikan puasa sebagai alat pengendali diri kita melalui kehendak Allah?
Tidak, tidak hanya di aktivitas puasanya
Tapi di keseluruhan hidup kita....


Catatan Kajian Jelajah Hati oleh Ustadz Syatori AR
Darush Shalihat, 3 Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar