Sabtu, 09 Oktober 2010

Saatnya kini kita memulai hidup

Lhah, memangnya saat ini kita belum hidup?
Bukankah kita sudah hidup di dunia ini cukup lama?
Memang demikian, tetapi sangat sedikit dari kita  yang memulai hidup..
Sehingga banyak orang hidup yang ternyata belum memulai hidup..
Bingung? Lanjut..

Ibadah Haji adalah miniatur dari hidup, ia menggambarkan miniatur perjalanan hidup manusia.
Hidup itu demikian luasnya, saking luasnya banyak manusia yang tidak mengenali hidupnya. Banyak yang tidak paham arti hidup.
Agar kita paham maka akan lebih mudah jika melihat hidup dalam bentuk yang lebih kecil, yakni Haji.
Ibadah haji adalah kesempatan bagi kita untuk memahami arti dan hakikat makna hidup.
Maka belajarlah tentang haji, agar kita memahami hidup.
Tapi bagaimana jika kita tak bisa mengamalkannya karena tidak ada uang?
Naik haji bukan persoalan finansial, karena banyak orang kaya yang tidak haji, dan banyak orang miskin yang diberi Allah kesempatan berhaji. Karena haji adalah panggilan Allah. Maka tidak ada yang mungkin bagi-Nya untuk memberikan kesempatan berhaji bagi setiap muslim.

Kembali lagi membicarakan hidup,
Ada dua macam hidup:
Hidup bermakna & Hidup yang tidak bermakna
Kebermaknaan hidup itu ada pada batin kita. Siapa yang memahami hakikat makna hidup, maka ia akan merasakan hidup yang penuh makna. Setiap peristiwa dalam hidupnya memiliki makna. Baik sakit maupun sehat, baik kaya maupun miskin. Ada kesabaran, kesyukuran, yang menjadi warna makna yang indah dalam hidupnya.

Seperti kereta api, perjalanan hidup manusia mengenal awal dan akhir.
Memahami hidup dimulai dari melihat sisi akhirnya saja. Apa itu sisi akhir hidup kita? Ketika kita meninggalkah? Benarkah?
Mari kita lihat, mana yang mati ketika kita meninggal? Jasad atau ruhani kita?
Bukankah jasad manusia yang mati dan ruhani kita memulai perjalanan yang baru?
Lalu saat apa ketika perjalanan hidup kita berakhir? Dimanakah perjalanan kita akan berakhir?
Ibarat melakukan perjalanan, nikmatkah ketika kita melakukan perjalanan tanpa tahu kita akan kemana?
Maka sudah benar-benar tahukah kita, dimana perjalanan akhir hidup kita? Dimana awal hidup kita?

Mari kita melihat sisi akhir hidup..
Dimanakah akhir hidup kita?
Akhir hidup manusia adalah ketika melabuh damai dalam rengkuhan ridho Allah ta'ala
Apa ciri manusia yang telah melabuh damai?
Melabuh damai artinya menjaga hati agar selalu berdamai dengan semua apapun yang terjadi dan menimpa hidup kita.
Contoh kecil: saat kita terhenti lampu merah berkali-kali di jalan raya, sempitkah hati kita? Ketika terjebak macet, sumpah serapahkah yang muncul di bibir kita? Jika jawabannya ya, maka kita belum benar-benar melabuh damai.

Apakah untuk melabuh damai kita harus mati dahulu? Tentunya tidak..
Mereka yang hatinya senantiasa rindu dengan kampung akhirat, merekalah yang telah melabuh damai.
Sudah ada surga dalam hati sebelum Allah mengakhiri hidup mereka.
Mereka telah menyelesaikan hidup sebelum hidup itu sendiri berakhir.

Kuburan adalah kumpulan banyak nisan,
Yang menyampaikan pesan untuk semua insan,
Bahwa hidup itu hanya sepisan,
Karena itu jagalan lisan,
Buatlah kesan dan beramallah yang ihsan..

Mereka yang memaknai hidup, maka setiap perbuatannya selalu diliputi makna, bahkan diamnya pun bermakna. Tidak hanya bermakna bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain.

Lalu darimanakah kita harus memulai hidup?
Darimana kita telah memulai hidup?
Ketika kita sulit untuk menjawab, maka mungkin kita selalu membuat hidup ini mengalir begitu saja..
Tanpa tahu dan menyadari berawal dan berakhirnya..

Kembali lagi ke haji, mari kita lihat miniatur hidup.
Bagaimanakah awal dari hidup?
Awal yang benar dalam hidup akan menghantarkan kita bisa menyelesaikan hidup sebelum hidup berakhir Dan awal yang benar dalam miniatur hidup adalah IHRAM.
Sebuah kain sederhana yang teramat sederhana tanpa ada tambatan-tambatan hiasan mewah.
Begitu pula awal perjalanan hidup kita..
Secara halus "kain ihram" menuntun kita untuk secara alami menanggalkan seluruh dunia yang selama ini "melekat" di hati kita.

Sayangnya banyak manusia yang tidak memulai hidupnya dengan hal demikian.
Banyak yang  sholat tetapi dalam pikirannya adalah motor barunya.
Banyak yang sedekah tetapi dalam pikirannya mengharapkan pujian.
Padajal "kain ihram" adalah maklumat kita di hadapan Allah bahwa kita telah meninggalkan seluruh gemerlap duniawi yang selama ini melenakan kita dari tujuan hidup sebenarnya. Ia mengajari kita untuk tidak tertarik dengan segala kesenangan hidup di dunia.
Memang menyenangi kesenangan hidup itu wajar atau tidak?
Jika kita menjawab wajar, maka kita belumlah memulai hidup.

Lhah kok bisa? Bukankah senang dengan hal duniawi itu fitrah?
Mari kita lihat kembali definisi kesenangan dunia.
Kesenangan dunia adalah apa saja yang kita senangi dalam hidup ini yang tidak menimbulkan akibat baik untuk kehidupan akhirat kita.
Misal, kesenangan nonton bola. Apakah dengan menonton bola alam kubur kita akan selapang lapangan bola? Orang awam pun akan melapangkan alam kubur. Maka dapat disimpulkan nonton bola adalah kesenangan dunia, bukan akhirat. Demikian juga nonton sinteron, mendengarkan musik-musik yang tidak manfaat untuk akhirat.

 ...وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

"..Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
(Q.S. Ali Imran 185)

Ibaratkan seperti ini,
Ada seseorang yang mempesona, ramah, sopan, daya tariknya luar biasa, dan perangainya sangat teramat baik. Senyum pun dilemparkan olehnya pada kita. Wajarnya, kita akan tertarik pada orang tersebut. Tetapi ada yang mengatakan secara pasti bahwa orang tersebut adalah penipu. Wajarnya, kita justru akan waspada terhadap senyum orang tersebut. Bagaimana jika ada orang yang tetap mengikuti kata orang "penipu" tersebut? Tentunya kita akan menganggap orang tersebut aneh dan tidak wajar.
Begitupula dunia... Ia adalah penipu, justru akan aneh jika ada orang yang tahu bahwa ia penipu namun masih tetap menyenanginya.

Lalu bukankah gersang sekali hidup tanpa kesenangan dunia?
Tidak, karena Allah akan mengganti kesenangan kita pada dunia dengan kesenangan pada akhirat. Allah akan membuat kesenangan nonton bola tergantikan dengan kesenangan membaca Al Quran.
Bukankah dalam hidup itu kita lebih mencari ketenangan daripada kesenangan?
Bukankah banyak orang yang dilingkupi kesenangan duniawi namun jauh dari ketenangan hidup?

Maka pilihlah kesenangan akhirat, jadikan itu awal dari hidup kita..
Ibarat kita memakai ihram dalam memulai perjalan hidup ini..
Sederhana, suci, dan bermakna..


---
Kajian Jelajah Hati bersama Ust Syatori AR, 
Sabtu, 9 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar